Kamis, 31 Desember 2009

Sejarah Grameen Bank

SEJARAH GRAMEEN BANK
Grameen bank atau juga dikenal dengan nama Bank Kaum Miskin sejak awal didirikan tidak pernah menyandang nama syariah, Islam atau apapun juga yang berbau agama. Namun dalam perjalanannya bank yang didirikan oleh Muhammad Yunus ini menebarkan banyak sekali nilai-nilai kemanusiaan.
Penghapusan kemiskinan, penyediaan pendidikan, layanan kesehatan, kesempatan kerja bagi kaum miskin, kesetaraan jender melalui pemberdayaan perempuan serta memastikan kesejahteraan manula, semua merupakan tujuan-tujuan sosial yang menjadi komitmen Grameen Bank. Grameen menentang kerangka kelembagaan yang ada sekarang, Grameen menentang perekonomian yang didasarkan pada ketamakan bisnis, Gramen ingin menciptakan perusahaan-perusahaan yang sadar sosial untuk menyaingi perusahaan-perusahaan yang tamak.
Grameen bukanlah bank non riba, Grameen bank menyalurkan tiga jenis kredit dan membebani masing-masing kredit tersebut dengan tingkat bunga berbeda:
1) kredit mata pencarian dengan suku bunga 20 persen,
2) kredit perumahan dengan suku bunga 8 persen dan
3) kredit pendidikan tinggi anak-anak keluarga Grameen dengan suku bunga 5 persen.
Seluruh bunga adalah bunga tunggal yang dikalkulasi berdasarkan metode declining balance. Terkait dengan pendidikan, Grameen bank meyakini bahwa pendidikan adalah salah satu unsur utama untuk keluar dari kemiskinan.
Setiap tahun Grameen memberikan beasiswa kepada 30.000 siswa. Tidak ada istilah mudharabah, musyarakah ataupun murabahah dalam konsep Grameen Bank. Setiap tahun sejak resmi berdiri tahun 1983 Grameen Bank selalu mencetak laba kecuali pada tahun 1983, 1991 dan 1992. Tahun 1983 adalah tahun berdirinya, sedangkan tahun 1991 dan 1992 merupakan tahun rehabilitasi bagi semua nasabah setelah badai siklon dahsyat melanda Bangladesh di bulan April 1991.
Sejak berdiri Grameen Bank telah menyalurkan pinjaman mencapai US $ 6 milyar dengan tingkat pengembalian sebesar 99 persen ( Yunus, 2007, hal 259). Lantas apa menariknya? Di mana letak benang merahnya dengan prinsip syariah? Banyak bank-bank lain mencapai prestasi yang sama bahkan lebih dari Grameen Bank, dan jelas Grameen Bank bukan bank syariah karena menerapkan bunga pada nasabahnya. Yang menarik dalam hal ini adalah karena dengan jumlah nasabah mencapai 7 juta orang, 95 persennya adalah kaum perempuan sangat miskin yang dalam dunia perbankan modern sangat tidak layak untuk diberi kredit.
Tidak ada satupun bank di dunia ini yang mau memberikan pinjaman dengan atau tanpa bunga pada orang yang tidak punya 5C. Tidak ada satupun bank di dunia ini yang mau dengan susah payah mencari nasabah para orang miskin yang sudah terbelit hutang dengan rentenir dan menawari mereka pinjaman tanpa agunan apapun dengan tujuan agar hidup mereka terbebas dari kemiskinan, memperoleh penghasilan yang layak dan bisa menyekolahkan anak-anak mereka. Belum ada dalam sejarah perbankan dunia, suatu bank yang 95 persen nasabahnya berasal dari orang miskin bisa menguasai 93 persen total ekuitas bank, yang 9 dari 13 anggota Dewan Komisarisnya adalah para perwakilan peminjam.
Grameen bank bukan yayasan sosial karena bank ini tetap mengenakan bunga bahkan pada orang miskin sekalipun, tapi Grameen bank adalah bank yang sarat dengan tujuan sosial. Kredit seperti dikatakan Yunus (2007, hal 248) lebih dari sekedar bisnis, layaknya pangan, kredit adalah hak asasi manusia. Karenanya menolak memberikan kredit dengan alasan tidak bankable merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia.
Dengan alasan ini, Yunus mengajukan dua perubahan terhadap ciri dasar kapitalisme yang telah menyebabkan kekayaan hanya menumpuk pada segelintir pengusaha yang bankable. Perubahan pertama yang diajukan Yunus terkait dengan pandangan yang berlebihan dari seorang pengusaha kapitalis. Menurutnya seorang pengusaha bukanlah orang yang punya bakat khusus, semua manusia adalah pengusaha potensial. Sebagian kita menurut Yunus memperoleh peluang untuk menunjukkan bakat ini, tetapi kebanyakan kita tidak pernah memperoleh kesempatan. Perubahan kedua terkait dengan bagaimana seorang pengusaha membuat keputusan investasi. Teori ekonomi menggambarkan pengusaha hanya sebagai orang yang memaksimalkan laba.
Di beberapa Negara di Amerika Undang-undang korporasinya bahkan mewajibkan maksimalisasi laba. Pemegang saham bisa menuntut eksekutif atau dewan direktur yang menggunakan dana perusahaan untuk kepentingan masyarakat secara umum daripada untuk maksimalisasi laba pemegang saham. Sebagai akibatnya dimensi sosial dalam pemikiran pengusaha diabaikan sepenuhnya.
Menurut Yunus jika kita tidak menyisakan ruang bagi nilai-nilai sosial dalam kerangka teoritis kita, maka yang terjadi adalah kita akan mendorong manusia berperilaku tanpa menghargai nilai-nilai sosial. Karenanya Yunus mengusulkan mengganti prinsip sempit maksimalisasi laba dengan prinsip yang lebih luas bahwa seorang pengusaha harus memaksimalkan dua hal sekaligus, yaitu laba dan manfaat sosial. Apa yang diusulkan dan telah dijalankan Yunus ini menggambarkan dengan sangat tepat keseimbangan antara sifat egoistik dan altruistik yang harus ada dalam akuntansi syariah seperti pernah dibahas oleh Triyuwono (2006).
Grameen bank menunjukkan bahwa sifat egoistik dan altruistik yang dipadukan dengan sangat baik bisa menghasilkan suatu bisnis yang menguntungkan sekaligus mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan, mewujudkan keadilan ekonomi serta mendistribusikan kesejahteraan. Keberadaan perusahaan besar di Bangladesh seperti Grameen Check, Grameen Shamogree, GrameenPhone dan Grameen Telecom merupakan bukti nyata bahwa tujuan sosial bisa mengangkat harkat martabat manusia sekaligus mendatangkan profit dalam waktu yang bersamaan.
Namun demikian Yunus punya pemahaman sendiri mengenai sifat altruistik yang disebutnya sebagai perilaku yang digerakkan oleh tujuan sosial. Dalam pandangan Yunus perilaku ini tidak cukup dilakukan hanya dengan bantuan amal atau dalam dunia bisnis dikenal dengan charity. Bantuan amal menurut Yunus hanyalah cara untuk melepas tanggungjawab. Bantuan amal hanya mengekalkan kemiskinan dan bukan merupakan solusi terhadap kemiskinan. Bantuan amal seringkali digunakan karena kita enggan mengakui pokok masalah dan menemukan solusi. Bantuan amal lebih lanjut dikatakan Yunus hanya menyenangkan hati kecil kita saja.
Permasalahan sebenarnya menurut Yunus adalah memberi kesempatan yang sama bagi setiap manusia, kesempatan dalam hal ini adalah kesempatan untuk mendapatkan pinjaman agar mereka dapat berusaha dan meneruskan hidup secara layak yang bebas dari kemiskinan, penderitaan dan kesengsaraan. Bukankah kemiskinan mendekatkan pada kekufuran. Ya..inilah antara lain salah satu nilai syariah yang bisa dipetik dari perjalanan Grameen bank. Saya tidak ingin mengatakan bahwa bank tanpa riba dalam hal ini bisa melakukan tujuan-tujuan sosial yang cukup spektakuler sehingga kita tidak perlu lagi bank syariah. Saya hanya ingin menunjukkan bahwa sebuah bank yang selalunya identik dengan para pemilik modal yang haus kekayaan juga bisa berperan sebagai lembaga sosial pada saat yang bersamaan, Grameen bisa membuktikan bahwa maksimalisasi profit juga bisa dilakukan dengan maksimalisasi manfaat sosial. Saya juga hanya ingin menunjukkan bahwa sebetulnya banyak sekali peluang yang bisa dilakukan oleh bank syariah dalam upaya mencapai tujuan ekonomi Islam mewujudkan keadilan ekonomi, distribusi kekayaan dan kesejahteraan sosial.
Isu- isu seperti kesamaan kesempatan, kemiskinan, pendidikan dan lingkungan merupakan isu yang harusnya mendapat tempat lebih besar dalam aktivitas perbankan syariah daripada isu besarnya asset, banyaknya kantor cabang, tingginya profit, market share dan isu-isu yang jauh lebih menonjolkan materialisme semata.

Sejarah Grameen Bank

SEJARAH GRAMEEN BANK
Grameen bank atau juga dikenal dengan nama Bank Kaum Miskin sejak awal didirikan tidak pernah menyandang nama syariah, Islam atau apapun juga yang berbau agama. Namun dalam perjalanannya bank yang didirikan oleh Muhammad Yunus ini menebarkan banyak sekali nilai-nilai kemanusiaan.
Penghapusan kemiskinan, penyediaan pendidikan, layanan kesehatan, kesempatan kerja bagi kaum miskin, kesetaraan jender melalui pemberdayaan perempuan serta memastikan kesejahteraan manula, semua merupakan tujuan-tujuan sosial yang menjadi komitmen Grameen Bank. Grameen menentang kerangka kelembagaan yang ada sekarang, Grameen menentang perekonomian yang didasarkan pada ketamakan bisnis, Gramen ingin menciptakan perusahaan-perusahaan yang sadar sosial untuk menyaingi perusahaan-perusahaan yang tamak.
Grameen bukanlah bank non riba, Grameen bank menyalurkan tiga jenis kredit dan membebani masing-masing kredit tersebut dengan tingkat bunga berbeda:
1) kredit mata pencarian dengan suku bunga 20 persen,
2) kredit perumahan dengan suku bunga 8 persen dan
3) kredit pendidikan tinggi anak-anak keluarga Grameen dengan suku bunga 5 persen.
Seluruh bunga adalah bunga tunggal yang dikalkulasi berdasarkan metode declining balance. Terkait dengan pendidikan, Grameen bank meyakini bahwa pendidikan adalah salah satu unsur utama untuk keluar dari kemiskinan.
Setiap tahun Grameen memberikan beasiswa kepada 30.000 siswa. Tidak ada istilah mudharabah, musyarakah ataupun murabahah dalam konsep Grameen Bank. Setiap tahun sejak resmi berdiri tahun 1983 Grameen Bank selalu mencetak laba kecuali pada tahun 1983, 1991 dan 1992. Tahun 1983 adalah tahun berdirinya, sedangkan tahun 1991 dan 1992 merupakan tahun rehabilitasi bagi semua nasabah setelah badai siklon dahsyat melanda Bangladesh di bulan April 1991.
Sejak berdiri Grameen Bank telah menyalurkan pinjaman mencapai US $ 6 milyar dengan tingkat pengembalian sebesar 99 persen ( Yunus, 2007, hal 259). Lantas apa menariknya? Di mana letak benang merahnya dengan prinsip syariah? Banyak bank-bank lain mencapai prestasi yang sama bahkan lebih dari Grameen Bank, dan jelas Grameen Bank bukan bank syariah karena menerapkan bunga pada nasabahnya. Yang menarik dalam hal ini adalah karena dengan jumlah nasabah mencapai 7 juta orang, 95 persennya adalah kaum perempuan sangat miskin yang dalam dunia perbankan modern sangat tidak layak untuk diberi kredit.
Tidak ada satupun bank di dunia ini yang mau memberikan pinjaman dengan atau tanpa bunga pada orang yang tidak punya 5C. Tidak ada satupun bank di dunia ini yang mau dengan susah payah mencari nasabah para orang miskin yang sudah terbelit hutang dengan rentenir dan menawari mereka pinjaman tanpa agunan apapun dengan tujuan agar hidup mereka terbebas dari kemiskinan, memperoleh penghasilan yang layak dan bisa menyekolahkan anak-anak mereka. Belum ada dalam sejarah perbankan dunia, suatu bank yang 95 persen nasabahnya berasal dari orang miskin bisa menguasai 93 persen total ekuitas bank, yang 9 dari 13 anggota Dewan Komisarisnya adalah para perwakilan peminjam.
Grameen bank bukan yayasan sosial karena bank ini tetap mengenakan bunga bahkan pada orang miskin sekalipun, tapi Grameen bank adalah bank yang sarat dengan tujuan sosial. Kredit seperti dikatakan Yunus (2007, hal 248) lebih dari sekedar bisnis, layaknya pangan, kredit adalah hak asasi manusia. Karenanya menolak memberikan kredit dengan alasan tidak bankable merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia.
Dengan alasan ini, Yunus mengajukan dua perubahan terhadap ciri dasar kapitalisme yang telah menyebabkan kekayaan hanya menumpuk pada segelintir pengusaha yang bankable. Perubahan pertama yang diajukan Yunus terkait dengan pandangan yang berlebihan dari seorang pengusaha kapitalis. Menurutnya seorang pengusaha bukanlah orang yang punya bakat khusus, semua manusia adalah pengusaha potensial. Sebagian kita menurut Yunus memperoleh peluang untuk menunjukkan bakat ini, tetapi kebanyakan kita tidak pernah memperoleh kesempatan. Perubahan kedua terkait dengan bagaimana seorang pengusaha membuat keputusan investasi. Teori ekonomi menggambarkan pengusaha hanya sebagai orang yang memaksimalkan laba.
Di beberapa Negara di Amerika Undang-undang korporasinya bahkan mewajibkan maksimalisasi laba. Pemegang saham bisa menuntut eksekutif atau dewan direktur yang menggunakan dana perusahaan untuk kepentingan masyarakat secara umum daripada untuk maksimalisasi laba pemegang saham. Sebagai akibatnya dimensi sosial dalam pemikiran pengusaha diabaikan sepenuhnya.
Menurut Yunus jika kita tidak menyisakan ruang bagi nilai-nilai sosial dalam kerangka teoritis kita, maka yang terjadi adalah kita akan mendorong manusia berperilaku tanpa menghargai nilai-nilai sosial. Karenanya Yunus mengusulkan mengganti prinsip sempit maksimalisasi laba dengan prinsip yang lebih luas bahwa seorang pengusaha harus memaksimalkan dua hal sekaligus, yaitu laba dan manfaat sosial. Apa yang diusulkan dan telah dijalankan Yunus ini menggambarkan dengan sangat tepat keseimbangan antara sifat egoistik dan altruistik yang harus ada dalam akuntansi syariah seperti pernah dibahas oleh Triyuwono (2006).
Grameen bank menunjukkan bahwa sifat egoistik dan altruistik yang dipadukan dengan sangat baik bisa menghasilkan suatu bisnis yang menguntungkan sekaligus mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan, mewujudkan keadilan ekonomi serta mendistribusikan kesejahteraan. Keberadaan perusahaan besar di Bangladesh seperti Grameen Check, Grameen Shamogree, GrameenPhone dan Grameen Telecom merupakan bukti nyata bahwa tujuan sosial bisa mengangkat harkat martabat manusia sekaligus mendatangkan profit dalam waktu yang bersamaan.
Namun demikian Yunus punya pemahaman sendiri mengenai sifat altruistik yang disebutnya sebagai perilaku yang digerakkan oleh tujuan sosial. Dalam pandangan Yunus perilaku ini tidak cukup dilakukan hanya dengan bantuan amal atau dalam dunia bisnis dikenal dengan charity. Bantuan amal menurut Yunus hanyalah cara untuk melepas tanggungjawab. Bantuan amal hanya mengekalkan kemiskinan dan bukan merupakan solusi terhadap kemiskinan. Bantuan amal seringkali digunakan karena kita enggan mengakui pokok masalah dan menemukan solusi. Bantuan amal lebih lanjut dikatakan Yunus hanya menyenangkan hati kecil kita saja.
Permasalahan sebenarnya menurut Yunus adalah memberi kesempatan yang sama bagi setiap manusia, kesempatan dalam hal ini adalah kesempatan untuk mendapatkan pinjaman agar mereka dapat berusaha dan meneruskan hidup secara layak yang bebas dari kemiskinan, penderitaan dan kesengsaraan. Bukankah kemiskinan mendekatkan pada kekufuran. Ya..inilah antara lain salah satu nilai syariah yang bisa dipetik dari perjalanan Grameen bank. Saya tidak ingin mengatakan bahwa bank tanpa riba dalam hal ini bisa melakukan tujuan-tujuan sosial yang cukup spektakuler sehingga kita tidak perlu lagi bank syariah. Saya hanya ingin menunjukkan bahwa sebuah bank yang selalunya identik dengan para pemilik modal yang haus kekayaan juga bisa berperan sebagai lembaga sosial pada saat yang bersamaan, Grameen bisa membuktikan bahwa maksimalisasi profit juga bisa dilakukan dengan maksimalisasi manfaat sosial. Saya juga hanya ingin menunjukkan bahwa sebetulnya banyak sekali peluang yang bisa dilakukan oleh bank syariah dalam upaya mencapai tujuan ekonomi Islam mewujudkan keadilan ekonomi, distribusi kekayaan dan kesejahteraan sosial.
Isu- isu seperti kesamaan kesempatan, kemiskinan, pendidikan dan lingkungan merupakan isu yang harusnya mendapat tempat lebih besar dalam aktivitas perbankan syariah daripada isu besarnya asset, banyaknya kantor cabang, tingginya profit, market share dan isu-isu yang jauh lebih menonjolkan materialisme semata.

Rabu, 18 November 2009

BAB IV - LEMBAGA

LEMBAGA

Lembaga adalah sekumpulan aset-manusia, keuangan dan lainnya- yang digabung untuk melakukan segala kegiatan seperti pemberian kredit dan menghimpun simpanan sepanjang waktu. Satu kegiatan yang hanya berlangsung satu kali seperti “proyek” bukanlah lembaga. Jadi, berdasarkan sifat, lembaga mempunyai fungsi dan kekekalan tertentu.

Lembaga yang baik mempunyai 3 sifat :

  1. Lembaga itu menyediakan jasa untuk kelompok sasaran yang relevan.

· Pelayanan layak

· Cakupan pelayanan

· Harga

  1. Kegiatan dan pelayanan yang ditawarkan oleh lembaga tidak saja dituntut namun juga mempunyai dampat positif pada kehidupan para nasabah.
  2. Lembaga itu kuat, sehat secara keuangan dan mantap.

Tambahan pula, suatu lembaga yang berkelanjutan harus bisa mempertahankan atau memperluas skala operasionalnya. Ini penting karena 2 alasan :

1. bahwa suatu lembaga yang sedang tumbuh dapat memenuhi permintaan para pelanggannya.

2. bahwa banyak lembaga keuangan yang melayani para pelanggan miskin adalah sedemikian kecilnya sehingga biaya satuan operasional mereka terlampau tinggi.

JENIS-JENIS LEMBAGA

  • Lembaga formal : sebagai lembaga yang tunduk kepada tidak hanya peraturan perundang-undangan umum tetapi juga peraturan dan pengawasan perbankan khusus.

  • Lembaga semi formal : lembaga yang formal dalam hal telah terdaftar sebagai kesatuan yang tunduk kepada seluruh peraturan perundang-undangan yang relevan termasuk undang-undangn perdagangan, namun bersifat non-formal sepanjang keberadaan lembaga itu dengan beberapa pengecualian, seperti tidak tunduk kepada peraturan dan pengawasan bank.

  • Penyedia non-formal (umunya tidak disebut lembaga) : kesatuan yang tidak tunduk kepada undang-undang perbankan khusus maupun undang-undang perdagangan umum, dan yang kegiatan operasionalnya juga non-formal sehingga perselisihan yang timbul dari hubungan dengannya sering kali tidak dapat diselesaikan secara hukum.

LEMBAGA KEUANGAN FORMAL

Berikut ini adalah sebagian besar sifat khas lembaga keuangan formal :

· Bank Pembangunan Umum

· Bank Pembangunan Swasta

· Bank Tabungan Dan Bank Tabungan Pos

· Bank Umum

LEMBAGA KEUANGAN NON-FORMAL

Berikut ini adalah sebagian besar sifat khas lembaga keuangan non- formal :

· Koperasi Keuangan

· LSM Keuangan

LEMBAGA APEX

Suatu lembaga apex bertindak sebagai lembaga induk yang telah sah terdaftar yang menyediakan jasa atau layanan keuangan, manajemen, dan jasa atau layanan lainnya untuk sejumlah LKM. Pengalaman lembaga apex bermacam-macam. Lembaga apex yang memusatkan perhatian pada penyediaan dana untuk LKM kecil, sering kali dengan suku bunga subsidi, telah menghadapi kemampuan eceran yang terbatas untuk menyerap dana tersebut.

Mengakses pasar modal

LKM dapat mengakses modal baru dengan berbagai cara, termasuk :

1. Utang yang diakses melalui dana garansi, pinjaman, dan pengarahan tabungan

2. Modal

3. Dana investasi modal

4. Reksadan tanggung jawab sosial

5. Sekuritisasi portofolio kredit

Akses modal

Pasar modal juga dapat diakses dengan menjual saham kepemilikan (modal) dari LKM. Untuk meningkatkan kemungkinan hal ini lembaga harus menjadi perantara keuangan formal dengan para pemegang saham.

Dana Investasi Modal

Dana investasi modal menyediakan modal dan modal sementara (pinjaman subordinasi), untuk organisasi yang terpilih.

Profund adalah salah satu dana investasi seperti itu dengan maksud tunggal dan expansi LKM di Amerika Latin

Rekana dana Tanggung jawab sosial

Ada dua macam reksadana tanggung jawab sosial yaitu dana saingan dan dana keuntungan saham. Dengan reksadana saingan para manajer menyaring sejumlah perusahaan demi criteria sosial. Laba dibayarkan kepada para pemegang saham yang memilih untuk menginvestasikan dana ini karena mereka ingin mendukung perusahaan yang memiliki tanggung jawab sosial.

Sekuritisasi

Sekuritisasi menghubungkan lembaga keuangan mikro dan pasar modal yang menerbitkan surat hutang koorporasi yang didukung oleh porto folio LKM.

Tujuan sekuritisasi adalah untuk meningkat ketersedian dana dan, pada waktu yang sama, mengurangi biaya dana.

Karena baik utang maupun modal adalah kemampuan untuk menerima resiko keuangan, maka factor fundamental yang menetukan keberlanjutan akses atas pasar modal adalah kepercayaan kepada lembaga sebagaimana dirasakan oleh para investor.

Senin, 02 November 2009

PRODUK DAN JASA

Sebagian besar LKM menyediakan semacam intermediasi sosial terutama sekali jika mereka bekerja sama dengan kelompok. LKM dapat menawarkan bermacam-macam produk dan jasa bagi para pelanggan mereka. Yang paling penting dalah jasa keuangan. Namum demikian, oleh karena sifat pelanggan sasaran LKM wanita dan pria miskin tanpa aset yang dapat diraih, yang sering kali tinggal di daerah terpencil dan besar kemungkinan buta huruf LKM tidak dapat beroperasi seperti kebanyakan lembaga keuangan yang formal. Intermediasi finansial biasa, pada umumnya tidak cukup membantu mereka untuk mengambil bagian, dan karena itu LKM perlu menciptakan mekanisme yang dapat menjembatani kesenjangan yang tercipta oleh kemiskinan, buta huruf, jenis kelamin dan keadaan terpencil. Lembaga-lembaga setempat harus dibangun dan dipelihara, dan keterampilan dan kepercayaan pelanggan baru harus dikembangkan.


Kerangka Kerja Sistem

Pendekatan sistem memungkinkan kita melihat masing- masing lembaga yang terlibat dalam proses intermediasi sebagai tempat berkelanjutan yang tersendiri ketika kita sedang menilai kelangsungan hidup komersial dari seluruh sistem. Bilamana berkenaan dengan menutup biaya penyediaan jasa didalam kerangka kerja sistem, masing-masing lembaga mungkin memiliki perspektif berbeda. Untuk lembaga keuangan formal dan organisasi ke anggotaan maka keuangan berkelanjutan adalah tujuan yang sangat penting. Meskipun diharapkan berjalan secara efisien dan mampu menutup biaya mereka sebanyak mungkin. LSM tidak diharapkan menghasilkan laba. Secara kas mereka bekerja untuk menyampaikan jasa keuangan kepada suatu kelompok sasaran yang sebelumnya gagal dipenuhi oleh “pasar”

Didalam kerangka kerja sistem ada 4 katagori jasa secara luas yang dapat disediakan untuk para pelanggan keuangan mikro:
1. Intermediasi finansial, atau penyediaan produk dan jasa keuangan seperti tabungan, kredit, asuransi, kartu kredit dan sistem pembayaran.
2. Intermediasi sosial, atau proses pengembangan modal manusia dan sosial yang dibutuhkan oleh intermediasi finansial berkelanjutan bagi masyarakat miskin.
3. jasa pengembangan usaha, atau jasa non-keuangan yang membantu pengusaha mikro.
4. layanan sosial, atau jasa bukan keuangan yang memusatkan perhatian pada kesejahteraan pengusaha mikro.

Tingkatan penyediaan masing-masing jasa atau layanan oleh LKM bergantung pada pendekatan yang ditempuh, apakah “minimalis” atau “utuh.”



Beberapa pendekatan keuangan mikro

Sebagai berikut informasi tentang beberapa pendekatan keuangan mikro yang paling terkenal. Pendekatan yang disajikan adalah :
1. Pemberian kredit individu diartikan sebagai penyediaan kredit kepada perseorangan yang bukan anggota kelompok yang bersama-sama bertanggung jawab untuk pembayaran kembali kredit

2. Pemberian kredit solidaritas Grameen Bank diperuntukan untuk melayani para wanita pedesaan yang tidak memiliki tanah yang ingin membiayai kegiatan yang menghasilkan pendapatan.

3. Pemberian kredit kelompok solidaritas Amerika Latin memberikan kredit ke per-seorangan anggota kelompok dari 4 sampai dengan 7 orang.

4. Perbankan desa merupakan asosiasi kredit dan tabungan yang dikelola komunitas untuk menyediakan akses atas jasa keuangan didaerah pedesaan, membangun kelompok mandiri komunitas, dan membantu para anggota menghimpun tabungan

5. Bank pedesaan mandiri didirikan dan dikelola oleh komunitas desa. Mereka berbeda dengan bank desa dimana mereka melayani kebutuhan desa secara menyeluruh, tidak hanya kelompok dari 30 sampai dengan 50 orang.

Grameen's Games

Hari Ke-1 ( Rabu)
• Beli snack dipasar atjeh dengan harga Rp 8.500. Snack tersebut dibungkus dengan plastik kecil yang dibeli dengan harga Rp 1.500. Menghasilkan 21 bungkus, dijual 1000/ bungkus.
Keuntungan kotor : Rp.17.000, 4 bungkus tidak laku pada hari pertama

Hari Ke-2 (Kamis)
• Dengan uang Rp.17.000, saya membuat puding coklat
- 2 Bungkus agar-agar Rp 5.000
- 2 Susu sachet Rp 3.000
- 1 Batang coklat Rp 3.000
- 2 Butir telur Rp 2.000
- Gula Rp 3.000
- Vanili Rp 1.000 +
TOTAL Rp 17.000

Menghasilkan 11 cetakan puding mini dengan harga jual Rp 3.000/puding. keuntungan Rp 33.000. Pada hari itu juga snack pada hari pertama laku terjual. Sehingga total margin bertambah menjadi Rp 37.000

Hari Ke-3 (Jum’at)
• Dengan uang sebesar Rp 37.000, saya membeli snack lagi seperti hari pertama.
- 3 Bungkus snack @ Rp 8.500 x 3 : Rp 25.500
- Air mineral 1 dus : Rp 11.500 +
TOTAL Rp 37.000

Snack 3 bungkus menghasilkan 62 bungkus, harga jual 1000/bungkus. Pada hari itu hanya laku 48 bungkus x 1000 = Rp 48.000, sedangkan air mineral laku 24 gelas x 750 = Rp 18.000.

Margin pada hari itu sebesar Rp 48.000 + Rp 18.000 = Rp 66.000
Sisa dagangan snack = 14 bungkus.
Sedangkan air mineral tersisa 8 gelas (karena ada beberapa yamg dikonsumsi pribadi)

Hari Ke-4 (Sabtu)
• Snack pada hari ke-3 sudah habis terjual sehingga saya memperoleh tambahan uang sebesar Rp 14.000 dari snack dan Rp 6.000 dari air mineral.
- Dana hari ke-3 Rp 66.000
- Uang penjualan snack Rp 14.000
- Uang penjualan air mineral Rp 6000 +
TOTAL Rp 86.000


Hari Ke-5 (minggu)
• Dengan modal Rp 86.000, saya mencoba membuat omellet dengan bahan:
- 18 Butir telur Rp 18.000
- Keju Rp 10.000
- Sosis Sapi Rp 12.000
- Bawang putih Rp 2.000
- Bawang Merah Rp 2.000
- Cabe Rp 2.000
- Kentang 1 Kg Rp 5.000
- Tomat Rp 3.000
- Plastik Rp 2.000
- Margarin Rp 3.800
- Abon Rp 6.000 +
TOTAL Rp 65.800

Uang sisa Rp 86.000 – Rp 65.800 = Rp 20.200

Dari bahan-bahan tersebut diatas, saya berhasil membuat 21 bungkus omellet dengan harga jual Rp 8000/bungkus. Pada hari itu saya dan teman-teman kelaut dan omelet terjual sebanyak 19 bungkus sehingga mengumpulkan Rp 152.000, 2 nya lagi saya konsumsi pribadi.

Uang tersisa setelah membuat omellet adalah Rp 20.200
Hasil penjualan omellet Rp 152.000 +
TOTAL Rp 172.200


Sehingga margin akhir adalah Rp 172.200
Pinjaman modal awal Rp 10.000 -
TOTAL Rp 162.200


Jadi, keuntungan bersih adalah Rp 162.200